Langsung ke konten utama

Alternativisme (bagian 2)

Alternativisme adalah ideologi yang dibangun untuk orang-orang tertindas. Tapi meski begitu, paham ini adalah suatu pemikiran yang independen-- tidak memihak. Atau tak jelas ia dapat digolongkan ke arah kanan atau kiri.

Menurut latar belakangnya, Alternativisme berasal "alter" yang berarti "sesuatu yang lain", dan "native" yang artinya "pribumi". Jadi bisa dikatakan, Alternativisme adalah "ideologi yang (bukan) ideologi pribumi". Tapi sebenarnya pengertian ini kurang tepat, meski pun bisa dikatakan tidak salah juga.

Akan ada pendapat di suatu hari nanti yang dapat mengecam Alternativisme, dengan mendasari ideologi "Nativisme" yang lebih anti-manusia daripada Kapitalisme, Kolonialisme dan lain-lain.

Itu bisa jadi pada ketika paham-paham seperti Komunisme, apalagi Pluralisme-- menjadi sangat umum dari segi eksternal maupun internal. Karena pada saat itu, banyak orang yang tak mempedulikan inti kedua ideologi itu sendiri; sebab mereka menganutnya karena tak ingin terasa maupun benar-benar diasingkan oleh mayoritas.

Tapi apakah itu mungkin?

Ya, itu bisa saja terjadi. Lihat saja agama-agama mayoritas di seluruh pelosok bumi seperti Islam, Kristen, maupun berbagai Majusi seperti Yahudi, Hindu, Budha-- mereka sangat sensitif jika disinggung-singgung.

Sebenarnya, sifat sensitif itu ada di setiap orang karena ini adalah sifat yang pasti pada setiap manusia. Tapi hanya kaum-kaum penguasalah yang akan melakukan penindasan, dan tentu kepada kaum yang lemah.

Seperti kaum agamawan di masa yang sangat awal, ditindas oleh orang-orang pemuja setan. Lalu sekarang orang yang memuja setanlah yang digiling oleh kaum agamawan. Atau seperti sekarang: aliran agama satu dan aliran agama lain saling memuntahkan darah satu sama lain.

Karena ide-ide seperti Komunis, Sosialis, Pluralis dan kelompok minoritas lainnya itu hanya perlu waktu untuk menjadi umum.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Indonesian People (an etnographic novel)

Indonesian People (an etnographic novel) Emil Reza Maulana Dedicated for Gadis Siput Contents 1.    The 2.    After Word 3.    Is Going On     1. The , If you're disappear from me, it will make a sad for sure. But. If I disappear from this world, who will be sad for me? I’m always thinking about that. Although I still shame to writing this letter, and still learning English at a course, I try to be brave. That’s because Ibuku, my firstly English teacher. I though I have to tell you some history of my life. And this is the key of my life. I will tell you everything that happen and happened to me, and anything that I have ever know and knew, also all the things that I founded. And one of them is you, Gadis Siput. Yes, you are. @ In a night, when I was be a patient of Yos Sudarso Hospital, I choose to walking around on the corridor. Someone just make me broken heart on this afternoon. A gir

Buku-buku yang Menggoda: Seorang Kuli Bangunan

Ibu pernah berkata, bahwa Jodie Foster itu sama dengan Nurul Arifin. Setiap filmnya bagus-bagus. Mereka memang pandai bermain peran. Catat. Bukan berakting. Catat. Bukan berbohong. *** Buku-buku itu juga sama," kata ibu. Atau ayah. Atau paman yang kolektor buku. Adik tiri ibu. Mereka semua berkata begitu. *** Paman yang kolektor buku, berkata "Setiap buku harus dijaga, kalau perlu disimpan kembali ke lemari. Museum? Bisa jadi, bisa juga jika: setiap buku yang bertanda-tangan penulisnya, dilelang." Maka aku pun menjaga buku-buku supaya tidak rusak. Namun tanganku kapalan, akulah kuli bangunan yang disebutkan di judul itu. Tiap-tiap pekerjaanku berat. Tak ada yang sanggup di antara keluarga kami. Kata ibu, waktu aku kecil, orang yang disebut adik tiri ibu itu pernah, menemukanku, di suatu tempat. Lebam sana-lebam sini. Biru-membiru-ungu. Tidak. Tidak terlalu ungu. Namun biru. Orang-orang mulai menghebohkanku.

Litak cerpen bola-bola West Sumatra, Litak yang menggambarkan Litak keadaan daerah, Litak yang sosialis Litak adalah paham wong Litak cilik Litak yang Litak dikarang Litak anti-Manchester United

"Harus West Sumatra! Nggak boleh Sumbar!! Apalagi Sumatra Barat: haram! Haram jatuhnya!!" Begitulah, kata-kata Datuk Inyo yang Terbuang, yang berkumis tipis dan berkepala botak; meski ada sedikit rambut tipis di kepalanya. Dia bilang itu tahalul, supaya bisa masuk MU atau Nurdiniyah. Kedua kelompok itu memang sudah terkenal, jauh di luar sana, di suatu tempat nan disebut Jepang van Indonesia, nan para pengikut kedua sekte populer seperti ada seorang, Sufi Bin Tele. Kabarnya, ia banyak menulis puisi di internet dan mendapat sambutan hangat dari para sastrawan koran-koran nasional. Selera memang selera." pernah satu kali, kawan Datuk bernama Tedi Hutan, nan tubuhnya penuh jamur dan koreng. Mengingatkanku pada tulisan Eropa, entah siapalah namanya, yang berjudul kira-kira: Cinta Sekalipun Kolera. Penulis yang sedang naik daun, bernama Eka pun, segan pada Penulis Kolera ini, entah tulisan itu dikatakan Eka sebagai puisi atau novel epik, tak jelas kudengar waktu Eka mengo